Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Azyumardi Azra, memiliki pandangan yang sangat menghargai peran sekolah Islam Al-Azhar yang didirikan oleh Buya Hamka pada tahun 1961 sebagai titik awal perubahan sekolah Islam menuju kemajuan yang signifikan. Menurut Prof. Azyumardi Azra, sebelum hadirnya Al-Azhar, sekolah-sekolah Islam di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan kualitas dan daya tariknya.
Salah satu faktor utama yang disoroti oleh Prof. Azyumardi Azra adalah kurangnya dukungan finansial yang memadai untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada masa tersebut, belum tersedia sumber daya yang mampu mengelola dan mengembangkan sekolah-sekolah Islam dengan baik. Akibatnya, banyak orangtua kaya atau pejabat yang enggan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam. Sekolah-sekolah Katolik atau Kristen, yang dianggap menjanjikan mutu dan disiplin yang lebih baik, lebih diminati oleh kalangan kaya dan pejabat pada waktu itu.
Namun, sejak tahun 1970-an, situasi tersebut mulai berubah secara perlahan. Prof. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa perintis perubahan tersebut adalah sekolah Islam Al-Azhar yang terletak di lingkungan Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, yang merupakan kawasan elit. Al-Azhar, yang sangat terkait dengan visi kemoderenan dan keindonesiaan Buya Hamka, menjadi model bagi sekolah-sekolah Islam yang mulai bermunculan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia sejak tahun 1980-an.
Al-Azhar sendiri membuka cabang di berbagai kota dengan cakupan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Beberapa di antaranya adalah cabang Al-Azhar yang memisahkan diri dan mendirikan sekolah mandiri seperti Al-Izhar, Madania (Parung), As-Salam (Solo), SMU Insan Cendekia (Serpong dan Gorontalo), SMU Athiroh (Makassar), Internat Al-Kautsar (Sukabumi), dan banyak lagi. Sekolah-sekolah ini dikelola secara profesional dengan sumber daya manusia yang baik dan dukungan finansial yang kuat. Keberhasilan ini membantu sekolah-sekolah tersebut meningkatkan kualitas pendidikan mereka dan menjadikannya favorit serta ‘elit’ di kalangan masyarakat.
Perubahan ini juga tercermin dalam tren orang kaya dan pejabat yang mulai mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam tersebut. Sekolah-sekolah ini menjadi simbol status baru, terutama bagi keluarga-keluarga kelas menengah Muslim yang bangkit sejak tahun 1980-an. Buya Hamka, melalui pendirian dan pengembangan Al-Azhar, telah meletakkan dasar untuk pendidikan Islam modern yang maju dan membanggakan.
Pandangan Prof. Azyumardi Azra ini menggambarkan betapa pentingnya peran Buya Hamka dalam mengubah citra dan kualitas pendidikan Islam di Indonesia. Melalui Al-Azhar, Buya Hamka memberikan contoh nyata tentang bagaimana pendidikan Islam dapat dikelola dengan baik, mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pengetahuan umum, dan mencapai standar kualitas yang tinggi. Buya Hamka meletakkan landasan yang kuat bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, dan Al-Azhar menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pendidikan Islam di negara ini.
Diharapkan bahwa visi dan prinsip yang ditanamkan oleh Buya Hamka dalam pendidikan Islam akan terus menginspirasi dan mendorong kemajuan sistem pendidikan di Indonesia. Penting bagi pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk terus mendukung dan memperkuat sekolah-sekolah Islam yang berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan generasi Muslim yang berkualitas, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan zaman. Semoga perubahan yang telah dimulai oleh Buya Hamka dan Al-Azhar dapat berlanjut dan menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan Islam yang lebih baik dan maju di masa depan.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Azyumardi Azra, CBE, dalam makalahnya yang berjudul “Perjuangan Politik dan Pendidikan Buya Hamka”, dalam Seminar Nasional “Membedah Pemikiran Buya Hamka dalam bidang Teologi, Fiqh, Harakah, Sastra, Pendidikan dan Tasawuf di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al Azhar, Kamis (15/2/2018)